Rahwana, sang pangeran dari negeri Alengka berwujud raksasa..
Badannya tinggi besar dengan wajah yang sangat menyeramkan.. Taringnya panjang,
matanya besar merah menyala, hidungnya besar dan panjang seperti terong, dan
suaranya menggelegar bagai petir..
Ditambah lagi dengan kesaktiannya yang luar biasa, membuat orang-orang di
sekitarnya menjadi takut dan tunduk kepadanya..
Namun ternyata Rahwana sama sekali tidak menikmati hal ini..
Hatinya sedih dan selalu bertanya mengapa dia dilahirkan dalam wujud raksasa
yang mengerikan??
Padahal ayahnya adalah Resi Wisrawa, yang merupakan seorang resi yang tampan dan gagah perkasa, pensiunan Raja dari negeri Lokapala.. Dan ibunya adalah seorang Dewi, seorang puteri dari Prabu Sumali sang raja dari negeri Alengkapura..
Seharusnya Rahwana terlahir sebagai seorang ksatria yang tampan dan gagah perkasa..
Pernah dia bertanya kepada ibunya mengapa dia terlahir dengan wujud raksasa..
Namun sang ibu hanya menjawab bahwa itu sudah ketentuan para dewa..
Begitu juga
ketika dia bertanya kepada kakeknya, sang raja Alengka, dia pun
mendapatkan jawaban yang sama..
Tidak mendapatkan jawaban yang dapat memuaskannya, Rahwana
pun memutuskan untuk bertapa di sebuah gunung.. Dia bersemedi selama lima puluh
tahun.. Tidak makan, tidak minum, bahkan juga tidak bangun untuk sekedar
membuka matanya..
Setelah genap lima puluh tahun berlalu, dia pun bangun dari
semedinya.. Kemudian diambilnya pedangnya lalu dipenggalnya sendiri kepalanya..
Kepala sang raksasa menggelinding di tanah, namun secara
ajaib dari lehernya yang buntung tumbuh kepala baru..
Kemudian dia melihat ke arah kolam pemandian untuk bercermin..
Alangkah kecewanya dia karena kepala barunya ternyata masih
sama penampakannya seperti kepalanya yang dulu.. Masih menyeramkan dengan
sepasang taring besar, mata besar melotot berwarna merah menyala, dan hidung
yang besar seperti terong..
Sangat menyeramkan!! Dan jelek sekali!!
Rahwana kemudian kembali bersemedi selama lima puluh tahun
lamanya dan kembali memenggal kepalanya sendiri, namun dia harus kembali kecewa
lantaran kepala barunya masih saja sama perwujudannya..
Kemudian dia bersemedi lagi, memenggal kepala lagi, dan ternyata masih saja
kepala barunya sama menyeramkan dengan kepalanya yang sebelumnya..
Rahwana kembali bersemedi, memenggal kepala, semedi lagi, memenggal kepala
lagi..
Dan begitu seterusnya..
Hingga pada tahun ke lima ratus dia bertapa, telah ada
sembilan kepala rahwana yang menggelinding di tanah, dan kepalanya yang
kesepuluh masih saja sama buruk rupanya.. Dia pun kembali bermaksud melanjutkan semedi..
Namun tiba-tiba datanglah Batara Narada membawa pesan dari
Batara Guru..
“Hentikan tapamu, hai Rahwana!! Itu adalah jatah kepala terakhir buatmu..
Meskipun kau bersemedi sejuta tahun lagi, kalau kau penggal kepalamu yang itu,
maka kau akan mati tanpa kepala!!” kata Narada..
“Aku lebih suka mati daripada hidup dengan perwujudan
seperti ini!!” jawab Rahwana..
“Tapi para dewa mengharapkan keberadaanmu di tanah Jawa ini..
Kau harus tetap hidup!! Keberadaanmu membawa keseimbangan di muka Arcapada..”
“Keseimbangan apa??”
“Kebaikan dan kejahatan, siang dan malam, kebahagiaan dan
kesedihan.. Itu semua harus seimbang.. Dan kau adalah salah satu penyeimbang
itu..”
“Aku tak mau!! Aku lebih suka hancur dan mati daripada hidup
begini!!”
“Tidak!! Kau harus tetap hidup!! Apa pun yang kau minta akan
dikabulkan oleh Batara Guru, asalkan kau tetap menjalani takdirmu..”
Sejenak Rahwana terdiam.. Dalam hati dia bertanya-tanya
apakah sebenarnya arti keberadaan sesosok makhluk mengerikan sepertinya di
dunia ini, sehingga Batara Guru pun bersedia mengabulkan syarat apa pun yang
akan dimintanya??
“Baiklah.. Tapi sebelum aku sebutkan permintaanku, jelaskan dulu mengapa aku
terlahir dengan wujud mengerikan ini, wahai Narada..”
Dan Narada pun mulai berkisah..
“Dengarlah wahai Rahwana.. Seperti yang kau tahu, ibumu adalah seorang Dewi Sukesi dari negeri Alengka dan ayahmu adalah Resi Wisrawa dari Lokapala..
Pada sebuah sayembara, ibumu mensyaratkan bahwa yang dapat
menjadi suaminya hanyalah seseorang yang mampu menjabarkan Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu, guna membukakan rahasia alam semesta
untuknya..
Kakak tirimu Prabu Danaraja tertarik pada ibumu dan warisan kakekmu berupa negeri Alengka
yang luas.. Maka dia meminta pertolongan kepada ayahnya, yang juga ayahmu,
untuk melamar ibumu agar dinikahkan dengannya.. Dan ayahmu menyanggupi persyaratan untuk membuka
tabir rahasia alam semesta..
Namun para dewa tidak suka dengan acara buka-bukaan yang
dilakukan oleh ayah dan ibumu, maka dalam prosesi pembukaan rahasia alam semesta itu Batara Guru dan Betari
Uma merasuk ke dalam jasad kedua orangtuamu.. Mereka melakukan persetubuhan
untuk merusak upacara yang tengah berlangsung..
Dan hasil dari persetubuhan itu adalah kau, Rahwana!!
Kau adalah karma yang tercipta atas perbuatan kedua orangtuamu karena telah
berani melangkahi para dewa dan mencoba membuka rahasia alam semesta!!”
“Gila!! Aku tidak ada hubungannya dengan perbuatan dosa
kedua orangtuaku!!
Bahkan sejatinya yang berzina adalah Batara Guru dan Dewi
Uma!! Lalu kenapa aku yang harus menerima karmanya??”
“Itu sudah digariskan oleh para dewa..”
Rahwana terlihat gusar.. Pada akhirnya jawaban yang sama dia
dapatkan..
“Sudah takdir” atau “sudah digariskan para dewa” adalah jawaban yang
sama!!
Narada tahu bahwa Rahwana sedang gusar, maka dia mencoba
mengalihkan perhatian Rahwana..
“Jadi syarat apa yang kau minta, Rahwana??”
Rahwana tercenung..
Fikirannya tertuju kepada sesosok bidadari Kahyangan yang pernah dilihatnya..
Seorang bidadari yang sangat cantik, meskipun bukan yang paling cantik.. Sikap
dan perilakunya begitu santun dan lembut gemulai.. Kerlingan matanya yang indah
membuat Rahwana menjadi begitu takjub.. Senyumnya sempat membuat jantung
Rahwana berhenti berdetak untuk beberapa saat.. Dan suaranya adalah suara yang
paling indah dan paling merdu yang pernah didengar oleh Rahwana..
Bahkan nyanyian sang bidadari masih
terngiang-ngiang di telinga Rahwana, meskipun kejadian itu sudah berlalu seribu
tujuh ratus tahun yang lalu..
Dialah bidadari yang membuatnya begitu merasa kagum sekaligus sangat minder..
Bahkan untuk mendekat dan bertegur sapa pun Rahwana tidak punya kepercayaan
diri..
Apakah sang bidadari mau berkenalan dengannya??
Pantaskah dirinya yang begitu buruk rupa mendekati sang dewi yang begitu mempesona??
“Dewi Setyowati…..,” kata
Rahwana nyaris tak terdengar..
Narada terkejut.. Dia tidak menyangka bahwa syarat yang
diajukan oleh Rawana adalah Dewi
Setyowati..
Darimana Rahwana tahu tentang Dewi Setyowati?? Kenapa bukan dewi-dewi yang
lain?? Apalagi dewi Setyowati sudah diinden oleh Dewa Wisnu untuk dijadikan
sebagai istrinya pada penitisannya kelak..
“Apakah kau yakin?? Bukan dewi-dewi yang lain yang lebih
cantik?? Atau kesaktian?? Atau kekuasaan yang luas??” Tanya Narada..
“Kesaktian dan kekuasaan bisa aku dapatkan dengan mudah,
Narada.. Dan bagiku tidak ada wanita yang lebih mempesona daripada Dewi
Setyowati..”
Narada terdiam.. Tampak dia tengah berfikir keras..
Beberapa saat kemudian, dia pun berkata, “Baiklah, Rahwana.. Kau bisa mendapatkan
Dewi Setyowati.. Namun kau tak bisa mendapatkannya sekarang.. Kau harus
bersabar menunggu penitisannya ke bumi sebagai Dewi Shinta.. Apakah kau bersedia??”
“Aku bersedia!! Selama apa pun itu aku akan tetap bersabar
menunggu kehadirannya!!” jawab Rahwana dengan wajah penuh kebahagiaan..
Akhirnya kesepakatan pun tercapai..
Rahwana bersedia tetap hidup untuk menjalani takdirnya.. Sebagai kompensasi,
dia dijanjikan akan mendapatkan Dewi Shinta yang merupakan penitisan Dewi
Setyowati.. Bidadari pujaan hatinya..
Rahwana pun kembali ke Alengka.. Mendapatkan warisan
kerajaan Alengka dari kakeknya, dan naik tahta Alengka dengan gelar Sri
Maharaja Dasamuka.. Yang artinya Raja Yang Berkepala Sepuluh, sesuai dengan
jumlah keseluruhan kepala yang pernah dia miliki..
Bersambung
sumber gambar : Mbah Google