Ganti Domain blogspot.com Menjadi .web.id


Pada bulan November lalu saya pernah menulis tentang kembalinya blog ini ke domain .blogspot.com setelah sebelumnya menggunakan domain co.cc yang ternyata waktu itu di banned sama mbah Google.

Waktu itu saya juga mengeluhkan betapa ribetnya meminta kawan-kawan untuk mengedit link saya yang sudah terlanjur terpasang pada blog mereka.
selengkapnya bisa dibaca di sini.

Rupanya saya belum kapok juga..  :D
Hari ini saya kembali merubah domain blog ini dari yang semula menggunakan blogspot.com, menjadi .web.id ..

Yup!!
Akhirnya saya membeli nama domain cindelaras.web.id dari pakdhe PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia). Saya ndak mau lagi pakai domain gratisan, karena saya takut nantinya bakal di banned lagi sama si mbah Google, meskipun hosting service yang saya pakai untuk merubah nama adalah dnspark.com, yang juga merupakan versi hosting gratisan...   :P

Tetapi untuk nama domain, meskipun sekarang domain .co.cc sudah tidak lagi dibanned, tetap saja saya masih merasa khawatir..

Terimakasih buat saudara seno yang telah menulis artikel tentang tata caranya..  :D

Sebenarnya saya berniat untuk mengganti domain tepat pada saat pergantian tahun, tetapi kemudian saya berfikir bahwa itu akan sangat sulit. Saya yakin akan banyak pengguna internet di malam tahun baru yang aktif.. Bisa-bisa jaringannya jadi sangat lemot dan malah gagal total..

Dan seperti yang dulu pernah saya keluhkan, saat ini saya harus memperkenalkan dmain baru saya satu per satu kepada kawan-kawan saya..  Meskipun seumpamanya mereka tidak merubah nama domain link saya pada blog mereka, itu juga bukan merupakan suatu masalah. Karena saya masih memakai jasa hosting budhe Blogger.. Saya pakai dnspark.com cuma buat ganti nama saja.. Sedangkan kepengurusan dapur blog saya masih dibawah kendali mbokdhe Blogger..
Masih ada stempelnya : "Powered by Blogger"       :P

Jadi, kalau pun kawan-kawan masuk ke blog ini pakai domain lama juga tidak masalah..  :D

Tetapi yang membuat saya jadi merasa agak tidak enak hati adalah ketika melakukan pengecekan Page Rank terhadap domain saya yang baru. Ternyata hasilnya adalah N/A (Not available). Begitu juga saat saya cek pada Alexa Rank, hasilya nol..

Tentu saja!!
Domain ini kan umurnya satu hari saja belum genap..  
Hahahahahaa....  :D

Ya sudahlah..
Yang penting domain blog saya yang lama nilai ranknya tidak berkurang..  :D

Memang akan butuh waktu lama lagi untuk mengembangkan dan memperkenalkan domain baru ini kepada kawan-kawan para master bloger..

Dan untuk saat ini, saya akan memperkenalkan domain cindelaras.web.id kepada kawan-kawan baru dulu.. Sedangkan untuk kawan-kawan lama saya yang pada blognya sudah ada link saya, saya harap bersedia mengedit ulang link saya.. Namun sekiranya tidak berkenan, ya tidak apa-apa..

Heheheheee...  

O iya,
Untuk kawan-kawan yang ingin tahu langkah-langkah merubah nama domain ke .web.id, silakan klik di sini.
Saya tidak akan membahasnya pada tulisan ini, karena nantinya malah jadi copy paste dari blognya saudara seno. Saya mencoba menghindari hal itu.

^^
Baca Selanjutnya

Cara Mudah Cek Page Rank


Tips yang saya bagikan ini tentunya sudah basi buat para master bloger yang sudah banyak pengalaman dalam dunia bloging.

Tetapi akan terasa sangat bermanfaat buat para bloger  newbie seperti saya..  :D


Oke, langsung saja..


Untuk mengetahui nilai page rank suatu halaman situs, termasuk juga blog kita, caranya sangatlah mudah.
Cukup masukkan URL halaman situs yang kawan-kawan ingin ketahui nilai Page Rank-nya pada kolom di bawah ini, lalu klik tulisan "Check PR", dan ikuti petunjuk selanjutnya.







Check Page Rank of your Web site pages instantly:
This page rank checking tool is powered by PRChecker.info service


Nah, kalau sudah, berapa nilai Page Rank halaman yang kawan-kawan
masukkan tadi?

Kalau masih nol atau N/A, kawan-kawan bisa mencoba mendapatkan Page Rank dengan mengikuti cara-cara yang telah saya tulis di sini.

Selamat mencoba...
^^
Baca Selanjutnya

Arti Sebuah Nilai



Panjul adalah salah satu murid terbodoh di kelasnya di Sekolah Dasar Negeri 1 Antah Barantah. Pada setiap ujian, nilainya selalu kurang dari angka enam.
Jika saat ini dia sudah duduk di kelas tiga, itu karena keberuntungan dan rasa kasihan dari guru-guru dan wali kelasnya.
Panjul sangat menyadari hal itu.
Setiap kali dia pulang dan membawa nilai ujian diantara angka lima dan angka enam, dia selalu menunjukkan hasil ujiannya kepada ayahnya.
Sang ayah hanya tersenyum dingin dan berkata, "belajar lebih tekun lagi, ya.."
Tidak ada pujian, tidak ada pula amarah.
Ayahnya sepertinya sangat memaklumi keadaan anaknya itu.
Suatu hari, dia mendengar cerita dari kawannya, si Budi, yang selalu juara kelas.
Budi bercerita betapa ayahnya sangat bahagia setiap kali dia pulang membawa nilai di atas sembilan.
Bahkan sering dia membawa pulang nilai sempurna, sepuluh!! Senyum, pujian, hadiah, dan doa selalu didapatkannya. Orangtuanya selalu merasa sangat bangga dan bahagia.
Panjul benar-benar terkesima mendengar cerita si Budi. Terbayang olehnya betapa dinginnya senyum sang ayah ketika dia tunjukkan nilai ujiannya yang cuma di angka lima koma sekian. Tidak ada ekspresi bahagia dan bangga pada wajah ayahnya.
"Aku juga ingin seperti Budi! Aku ingin membuat ayahku bangga!!" demikian teriak Panjul dalam hati.
Tapi bagaimana caranya?
Sudah belajar sedemikian kerasnya, Panjul tetap saja hanya mendapat nilai dibawah angka enam. Mungkin memang nasipnya yang sial.  :P
Akhirnya si Panjul dapat akal juga. Dia memutuskan untuk mendapatkan nilai dengan cara kotor.
Menyontek!!
Dipersiapkannya beberapa catatan kecil di mejanya sebelum ujian.
Dan hasilnya?
Panjul yang terkenal bodoh, pada ujian kali ini mendapat nilai sempurna.  Sepuluh!!
Bahkan si Budi hanya mendapat nilai sembilan.
Kawan-kawan dan gurunya pun merasa heran dan takjub.  Ternyata si Panjul bisa jadi pintar juga ya?
:D
Panjul pulang dengan hati berbunga-bunga. Sudah tak sabar rasanya dia ingin melihat reaksi ayahnya.
Tersenyum bangga dan bahagia? Memuji? Memberinya hadiah??
Setidaknya hal itulah yang dialami oleh kawannya, si Budi.
Sesampainya di rumah, langsung diberikannya hasil ujian itu kepada ayahnya yang sedang duduk-duduk di beranda.
Seperti yang diduga sebelumnya, sang ayah kaget melihat hasil ujian anaknya itu.
Tapi yang lebih kaget lagi adalah si Panjul.
Ternyata reaksi sang ayah tidak seperti yang dia bayangkan sebelumnya. Ayahnya kelihatan sangat marah. Matanya melotot dan menyala merah. Badannya gemetar. Giginya gemeratak.
Langsung disobek-sobeknya kertas hasil ujian itu, dan sang ayah langsung asuk ke dalam rumah tanpa berbicara sepatah kata pun pada si Panjul.
Panjul yang dari tadi gemetar ketakutan, sekarang hanya terbengong tidak mengerti.
Mengapa ayahnya malah marah?  Mengapa ayahnya tidak merasa senang dan bangga?
Pada ujian berikutnya, Panjul tidak bersemangat lagi untuk mencontek. Dia mengerjakan soal-soal ujiannya dengan apa adanya.
Dan hasilnya?
Dia kembali mendapat nilai lima koma sekian.
Kawan-kawan dan gurunya pun kembali heran. Kok Panjul jadi pintar cuma sehari doank, ya?     :P
Sesampainya di rumah, dengan perasaan agak takut, diserahkannya hasil ujian hari itu kepada ayahnya. Dia sudah siap kalau sang ayah hari ini marah lagi.
Tapi ternyata di luar dugaan, hari ini sang ayah tidak marah seperti hari kemarin. Ayahnya malah tersenyum. Bukan senyum dingin seperti yang dulu-dulu, tetapi sebuah senyum penuh rasa bangga.
"Panjul, ayah lebih merasa bangga dan senang dengan hasil ujianmu yang sekarang, karena ayah tahu bahwa ini adalah murni hasil kerja kerasmu. Ayah tahu bahwa nilai sepuluh yang kau bawa pulang kemarin adalah hasil nyontek.." kata ayahnya dengan tenang.
Panjul hanya terdiam. Ada perasaan menyesal dalam hatinya karena waktu itu telah menyontek.
"Nilai yang ayah harapkan darimu bukanlah angka-angka ini, Panjul.. Yang ayah harapkan dari mu adalah kejujuran, kerja keras, dan tanggung jawab.. Itulah nilai-nilai yang sebenarnya yang harus kamu dapat dan kamu pelajari.." lanjut ayahnya.
Panjul masih tidak mengerti yang dimaksud ayahnya.
"Ayah dulu juga bukan murid yang pintar.. Ayah juga tidak pernah mendapatkan nilai-nilai yang sempurna.. Semuanya hanya pas-pasan.. Tapi ayah selalu memegang teguh kejujuran.. Selalu berusaha untuk bekerja keras dan bertanggung jawab atas apa-apa yang telah ayah lakukan.." kata ayahnya.
Mereka terdiam sejenak.
Kemudian ayah Panjul melanjutkan, "Dan kau tahu apa hasilnya, nak??"
Panjul masih terdiam. 
"Lihatlah hidup kita sekarang.. Kita memang tidak sekaya para konglomerat.. Tidak semakmur para pejabat.. Tapi kita juga tidak pernah kekurangan, bukan?? Bahkan kita masih bisa berbagi dengan orang-orang yang kekurangan.. Kita dapat menjalani hidup ini dengan tenang dan bahagia.. Tidak dikejar-kejar penyidik KPK atau pun polisi.. Tidak kebingungan dan was-was mencari tempat menyembunyikan uang haram seperti para koruptor di TV.. Dan tidak dihantui rasa berdosa karena telah berbuat curang dan mencuri uang rakyat.."
Panjul mulai sedikit mengerti apa yang dimaksud ayahnya.
"Apakah menurut ayah angka-angka pada daftar nilai saya ini tidak ada artinya??" tanyanya.
"Angka-angka pada daftar nilaimu tentu juga sangat berarti untuk ayah, jika memang itu adalah hasil kerja kerasmu. Jika memang itu dilandasi dengan kejujuran, bukan kecurangan.. Karenanya, seperti yang ayah bilang tadi, ayah lebih bangga melihat nilaimu yang lima koma sekian ini, karena ini merupakan hasil kerja kerasmu.. Tidak seperti angka sepuluh pada waktu itu yang hanya merupakan hasil kecuranganmu..
Ingatlah kata-kata ayah tadi.. Yang ayah harapkan darimu adalah kejujuran, kerja keras, dan tanggung jawabmu.. Bukan sekedar angka-angka di daftar nilaimu..
kamu mengeri sekarang, Panjul???"
"Saya mengerti, ayah.. " jawab Panjul dengan perasaan lega dan bahagia.
Dan begitulah akhirnya.
Panjul tidak lagi terlalu memikirkan angka nilai pada tiap ujiannya. Tapi dia semakin rajin belajar dan selalu mengerjakan soal dengan jujur.
Hingga bertahun-tahun kemudian dia pun lulus dari dunia pendidikan dengan nilai yang cukup memuaskan. Meskipun tidak sangat memuaskan.
Semua didapatnya denga cara yang jujur dan penuh kerja keras dan tanggung jawab, yang pada akhirnya kebiasaan itu diaplikasikannya di dunia kerja. Jujur dan tidak korupsi, kerja keras dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas kerja.
Dan seperti ayahnya, saat dewasa Panjul menjalani hidupnya dengan tenag dan bahagia. Tidak sekaya para koruptor, tidak semakmur para konglomerat, tapi tak pernah merasa kekurangan. Bahkan masih bisa berbagi dengan mereka yang membutuhkan.


***


Note :

Gambar ilustrasi saya dapatkan dari kolom pecarian milik mbah Google..




Baca Selanjutnya

Aku Ditolak Paypal



Awalnya saat saya membuat akun Paypal hanyalah karena keisengan belaka.
Kemudian saat saya mulai gemar bermain bisnis Paid To Click (PTC) dan online forex trading, saya jadi semakin serius.


Karena saya tidak punya kartu kredit, maka status akun saya pun masih
unverified. Waktu itu saya tidak terlalu ambil pusing..  Biarin saja lah.. Lagian bisnis PTC saya juga masih jauh dari PO..
Dan profit forex trading saya juga masih terhitung recehan..

Sampai beberapa hari yang lalu, ketika saya iseng-iseng cari tahu cara verfikasi akun Paypal tanpa kartu kredit lewat kolom pencariannya mbah Google, saya mendapatkan cara verifikasi manual lewat email dengan melampirkan hasil scan KTP dan buku tabungan.


Dan saya pun mencobanya..


Tadi siang saya mendapat email balasan dari Paypal.
Intinya mereka menolak pengajuan verifikasi akun Paypal saya secara manual, karena verifikasi secara manual sudah tidak lagi diberlakukan. Satu-satunya cara adalah verifikasi dengan kartu kredit atau kartu debit.


Saya pun mencoba verifikasi dengan kartu debit Visa saya.. Tapi hasilnya nihil.. Kartu saya ditolak..

Mungkin mereka tahu kalau rekening saya memang ga ada isinya...


Hehehehee....   :P


Ya sudah lah.. Saya pun menyerah.. 

Saya ga akan ngoyo bikin kartu kredit cuma buat verifikasi Paypal..
Lagian saya sudah punya cukup banyak hutang.. Jadi ga perlu nambah hutang lewat kartu kredit..


Hahahahaaa.....    :P


Seorang kawan saya menganjurkan untuk membuat Virtual Credit Card (VCC). Ketika saya tanya persyaratan dan biayanya, dia bilang persyaratannya mudah dan biayanya lebih murah..

Ketika saya minta penjelasan tentang nilai dari kata "murah" yang dimaksud, dia menyebut angka sekitar seratus ribu rupiah..


Hah??
Cepek??

Saya pun tertawa..
Mana mungkin saya mau keluarin dana seratus ribu rupiah hanya untuk bisnis PTC yang hasilnya cuma recehan??


Saya pun berfikir lebih baik melupakan dulu soal PTC dan online forex trading.

Mungkin nanti, saat ada solusi yang lain, atau ketika kartu debit saya bisa diterima sama si Pay, baru saya akan melanjutkannya lagi..


Kawan-kawan ada yang punya pengalaman yang sama dengan saya??
ada yang sudah dapat solusinya??

Jangan
pelit untuk berbagi info dengan saya, ya...

hahahahaa....   :P

Baca Selanjutnya


Stats


Google PageRank Checker